Sunday, May 25, 2008

Mendung di Langit Reformasi (Butuh Pahlawan)

Pembangkangan mungkin merupakan ungkapan dari kekecewaan kita sebagai pemuda dan mahasiswa. Gejolak jiwa yang bergolak dihadapkan dengan kenyataan di depan mata kita yang sangat memprihatinkan sekali. Sampai kapan negara ini akan terus dirundung kesedihan dan kepahitan hidup? Ini merupakan konflik besar yang dipolitisir oleh para pejabat-pejabat negara saat ini. Negara yang seharusnya telah bangkit dari keterpurukannya sepuluh tahun yang lalu, akan tetapi malah semakin hancur berkeping-keping. Ini salah siapa? Ini pertanyaan yang sering kita lantunkan kepada orang-orang yang ada didepan kita, kita hanya sibuk untuk saling menyalahkan, tanpa bangkit dan berbuat yang terbaik untuk memperbaiki ini semua.

Mahasiswa sebagai bagian dari pemuda Indonesia masih menampakkan prilaku cengeng, manja, enggan bekerja keras, dan tidak berani berinisiatif. Gerak dan pola pikir seperti inilah yang telah membatasi aktualitas mahasiswa sebagai generasi muda. Akan tetapi disadari pula tak adil rasanya menertawakan dan menyalahkan diri sendiri. Andaikata kita menganggap mahasiswa melempem, seperti kerupuk, ada baiknya kita mencari faktor penyebabnya. Satu hal yang mungkin akan menjadi faktor penyebabnya, yaitu moment itu akan muncul lagi kawan…ya moment itu akan bergulir lagi. Bukan hanya reformasi, tetapi lebih dari itu REVOLUSI.
Mungkin sebagian kita akan menoleh lagi kebelakang apa yang telah terjadi akhir-akhir ini dengan bangsa kita. Baru saja kita dianugerahkan hadiah tirani dari pemerintahan SBY-JK ini, hadiah itu adalah naiknya harga BBM sebesar 28 %. Kalau kita telusuri lagi ini, bukan suatu solusi tepat yang di hadiahkan kepada rakyat dan bangsa ini. Dengan dalih mengatakan BBM bersubsidi selama ini dinikmati oleh orang-orang mampu dan kaya. Dan juga dengan mulut basinya mengatakan ini adalah akibat melonjaknya harga minyak dan pangan dunia. Alasan-alasan yang kosong dan tidak bisa diterima oleh akal sehat kita sebagai rakyat Indonesia ini.
Satu lagi yang menjadi pertanyaan besar kita adalah kenapa harus kita disusahkan dengan melonjaknya harga minyak mentah dunia sekitar AS $ 130 per barel. Ada apa ini? Seharusnya malah kita diuntungkan dan menjadi kesempatan emas bagi kita sebagai penghasil minyak mentah terbesar diantaranya. Harus ada pengakuan dari pemerintah atas hal ini, produksi minyak Indonesia semakin tahun semakin turun. Itu lah faktor yang krusial diantaranya. Kemudian apa ini akan kita biarkan saja, atau akan muncul lagi salah satu alasan lagi yaitu hutang Indonesia yang membengkak terhadap World Bank dan IMF. Dan ini tidak akan berhenti lagi begitu saja, yang justeru mengherankan pemerintah lebih mau mensubsidi pajak orang-orang kaya yang menghisap negeri ini untuk keuntungan mereka sendiri tanpa pemerintah mendapatkan bagian yang memadai untuk itu. Terlalu banyak problem memang untuk negeri yang kaya ini. Kerakusan dan kepicikan pemerintah hanya membebankan semua ini kepundak kita rakyatnya.
Beban itu akan terus bertambah kawan, 23 mei 2008 bukti itu semua. Dengan janji-janji dukungan kesejahteraan bagi rakyat melalui BLT (Bantuan Langsung Tunai) dan tunjangan-tunjangan lainnya mereka terlalu berani memberikan hadiah itu. Ya mereka memang berani kawan.
Kemelaratan rakyat akan terus tampak dihadapan kita, efeknya kita sebagai rakyat yang akan menahannya. Kalau boleh dibagi kepedihan ini diantaranya adalah naiknya harga sembilan bahan pokok, naiknya tarif angkot, naiknya pembayaran PLN, meningkatnya angka kriminalitas,dan naiknya gejolak amarah rakyat yang akan membuncah dan membakar emosi kita. Entah efek apa lagi yang akan muncul akibat kebijakan mereka mengelola Indonesia ini.
Lalu apakah kita sebagai mahasiswa yang dulunya menggulirkan reformasi berdiam diri dan terus menunduk dengan hal ini. Bangkitlah wahai saudara-saudaraku, terlalu banyak orang yang memekakkan telinga di luar sana butuh kepahlawanan kita. Mereka butuh kita, dan butuh otak-otak cerdas kita yang hari ini ikut menikmati jerih payah mereka mencerdaskan kita. Salah satu solusi yang bisa kita tawarkan kepada mereka adalah jika ini merupakan masalah kita bersama mari kita selesaikan secara bersama, jangan hanya memutuskan kebijakan ini dengan ego sok cerdas kalian.

10 tahun reformasi dan 100 tahun kebangkitan nasional, ya itulah detik ini, menit ini, jam ini, hari ini, bulan ini, dan tahun ini yang kita sanjung dan kita kenang-kenang. Terlalu banyak pahlawan untuk membebaskan negeri ini dari kemerdekaan sejati yang kita cita-citakan. Kenapa kita tidak menambah deret pahlawan-pahlawan yang mungkin kecewa dengan takdir Indonesia hari ini. Atau mungkin juga selama ini memang negeri ini masih milik mereka yang tidak tepat disebut pahlawan. Tapi negeri Indonesia yang tercinta ini masih butuh kepahlawanan yang sejati kawan…yaitu seorang pahlawan yang mempunyai kesaksian bahwa tiada tuhan selain Allah dan Muhammad utusan Allah.Wallahualam bi shawab…

No comments: