Sunday, March 11, 2007

Pelajaran Itu Datang Dari Allah SWT



Pada saat ini, manusia banyak lupa akan kewajibannya terhadap sang khalik yaitu Allah SWT, yang telah menciptakannya. Allah menciptakan manusia di muka bumi ialah untuk taat mengabdi padanya, salah satu cara untuk mengabdi kepadanya dengan meninggalkan segala apa yang dilarangnya dan melaksanakan apa yang diperintahkan, semua hal tersebut sudah tercantum dalam aturan Allah baik yang ada dalam Al-Quran maupun dalam Al-Hadist, atau disebut juga ayat-ayat qauliyah, semua itu sudah jelas diatur.

Berbeda hal dengan apa yang tidak disebutkan oleh Allah dalam Al-Quran dan Al-Hadis, yang disebut juga dengan Ayat Qauniyah. Dan hal ini yang diperlukan ilmu untuk lebih memahaminya, karena tanpa ilmu dan akal pikiran yang jernih manusia tidak akan mampu memahminya, karena betapa banyak nikmat dan rahmat Allah yang diberikan kepada manusia tidak seimbang dengan kalimat syukur yang selalu di ucapkan. Hal tersebut karena nikmat Allah tersebut meliputi segala sesuatu yang tidak dapat dihitung satu persatu. Oleh karena itu manusia itu tidak hanya diingatkan dengan ayat-ayat qauliyah akan tetapi Allah juga mengingatkan manusia dengan ayat-ayat kauniyah yaitu semua yang ada di seluruh permukaan muka bumi dan apa yang ada di langit, hanya agar manusia tersebut mau bersukur dan berpikir terhadap apa yang diterimanya.

ALAM DAN ISINYA

Berbagai tragedi alam yang sangat dahsyat terjadi akhir-akhir ini di bumi Indonesia, sehingga mencengangkan semua manusia, kerena kedahsatannya, yang tidak pernah terpikirkan oleh manusia sebelumnya, bahkan melebihi kedahsyatan Armagedon dalam khayalan bangsa Amerika. Hal tersebut merupakan suatu ayat yang mengisaratkan kepada manusia dan memperlihatkan manusia tidak mempunya daya-upaya untuk menolak dan menghentikannya apa saja yang dikehendakinya, dan diperlihatkan oleh Allah bahwa semua yang ada di langit dan apa yang ada di bumi merupakan miliknya:

“Tidak ada daya upaya, kecuali hanya milik Allah yang Maha Tinggi dan Maha Agung”

Kekuatan allah dapat menerobos, menimba, bahkan menjadikan sesuatu di luar dugaan manusia, karena takdir Allah yang dapat dioperasikan oleh setiap orang. Semua itu tidak dapat diramalkan sebelumnya. Kalau memang hal itu terjadi, tidak dapat diajukan maupun diundurkan sesaat pun, sebagaimana firman Allah SWT dalam Surah Al-Ahzab: 34 yang artinya:

“Maka apabila telah datang ajal mereka, tidak dapat diundur dan diajukan sesaat pun”

Di balik tragedi bencana tersebut, seharusnya kita dapat mengambil Ikhtibar (pengetahuan) secara luas, bahwa masyarakat perlu diisyaratkan secara massal untuk taat dan patuh terhadap ajaran agama. Manusia harus menyadari bahwa dia sendiri adalah milik Allah dan pasti akan kembali kepada Allah puluh. Yang patut manusia renungkan adalah bencana yang selama ini terjadi karena kesalahan siapa? Hukumnya wajib bagi kita untuk mengaca diri atau intropeksi, dosa apa yang telah dilakukan sehingga ditimpahkan kepada manusia Indonesia tragedi yang sangat dahsyat. Semua itu merupakan ayat-ayat kauniyah yang harus dipahami oleh setiap manusia, bagaimanapun persepsi setiap individu terhadap kejadian tersebut, baik memahami sebagai azab, cobaan atau peringatan, akan tetapi semua itu tetap menjadi ayat yang harus dipahami, Sebagai firman Allah dalam Al-Baqarah : 26, yang artinya sebagai berikut:

“ …adapun orang yang beriman. maka mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka. Tetapi mereka yang kafir mengatakan: “Apakah maksud Allah menjadikan ini perumpaan?” Dengan perumpaan ini, banyak orang disesatkan oleh Allah. Dan dengan perumpaan itu pula banyak orang diberinya petunjuk. Dan tidak ada yang disesatkan, kecuali orang-orang yang fasik”

APAKAH KAMU TIDAK MEMPERHATIKAN

Apakah kita tidak takut dengan dosa yang selama ini kita perbuat. Dan apakah kita tidak ingat ketika Allah menimpakan bencana yang maha dahsyat kepada kaum A’ad.

Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu berbuat terhadap kaum ‘Aad? (yaitu) penduduk Iram yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi, yang belum pernah dibangun (suatu kota) seperti itu, di negeri-negeri lain, (QS. Al Fajr, 89:6-8)

Kaum ‘Aad pun telah mendustakan (pula). Maka alangkah dahsyatnya azab-Ku dan ancaman-ancaman-Ku. Sesungguhnya Kami telah menghembuskan kepada mereka angin yang sangat kencang pada hari nahas yang terus menerus, yang menggelimpangkan manusia seakan-akan mereka pokok kurma yang tumbang. (QS. Al Qamar, 54:18-20)

Kaum ‘Aad yang jejaknya ditemukan para arkeolog di kota Ubar, adalah penentang Nabi Hud yang diutus kepada mereka; akibatnya mereka dibinasakan Allah. Maka tatkala mereka melihat azab itu berupa awan yang menuju ke lembah-lembah mereka, berkatalah mereka: “Inilah awan yang akan menurunkan hujan kepada kami”. (Bukan)! bahkan itulah azab yang kamu minta supaya datang dengan segera (yaitu) angin yang mengandung azab yang pedih. (QS. Al Ahqaaf, 46:24)

Dikisahkan dalam ayat tersebut bagaimana Kaum ‘Aad melihat awan yang akan mengazab mereka, namun mereka tak menyadarinya, malah meyakininya sebagai awan hujan. Ini adalah isyarat penting bentuk penderitaan yang akan segera ditimpakan kepada mereka: yakni Badai gurun. Angin puyuh yang bergerak dan menerbangkan pasir gurun tampak dari kejauhan menyerupai awan hujan. Mungkin Kaum ‘Aad tertipu oleh penampakan ini sehingga tidak menyadari bahayanya. Nyatanya, Ubar, sang “Atlantis Gurun Pasir”, ditemukan di bawah lapisan pasir berketebalan beberapa meter. Sebagaimana diungkap Al Qur’an, badai tersebut terjadi “tujuh hari delapan malam,” menimbun kota dengan berton-ton pasir dan mengubur warganya hidup-hidup. Bukti terpenting yang menunjukkan Kaum ‘Aad terkubur oleh badai gurun adalah kata “Ahqaaf” yang digunakan Al Qur’an untuk menggambarkan tempat tinggal Kaum ‘Aad. Dan ingatlah (Hud) saudara Kaum ‘Aad yaitu ketika dia memberi peringatan kepada kaumnya di Al Ahqaaf dan sesungguhnya telah terdahulu beberapa orang pemberi peringatan sebelumnya dan sesudahnya (dengan mengatakan): “Janganlah kamu menyembah selain Allah, sesungguhnya aku khawatir kamu akan ditimpa azab hari yang besar”. (QS. Al Ahqaaf, 46:21)

“Ahqaaf” dalam bahasa Arab berarti bukit-bukit pasir. Ini menunjukan Kaum ‘Aad tinggal di wilayah yang dipenuhi perbukitan pasir, jadi sangat alamiah bila kota tersebut terkubur oleh badai pasir. Bencana yang menghempaskan Kaum ‘Aad berupa badai yang “menjadikan manusia mati bergelimpangan seakan-akan mereka tunggul-tunggul pohon kurma yang telah kosong (lapuk)” pastilah telah membinasakan seluruh penduduknya dalam waktu sekejap. Seluruh kota beserta isinya terkubur hidup-hidup dalam timbunan pasir. Lambat laun gurun pasir merata setelah penghancuran Kaum ‘Aad, tanpa menyisakan jejak mereka.

Dalam Al Qur’an, Allah memberitakan Kaum ‘Aad berpaling dari jalan yang lurus karena kesombongannya. Semua kaum yang baru saja kita kaji melakukan kesalahan yang sama: Mereka semua mendurhakai Allah. Mereka menyembah Tuhan selain-Nya. Mereka berjalan di muka bumi dengan sombong tanpa alasan yang benar. Dan melakukan penyimpangan seksual dan kemaksiatan. Lalu Allah membinasakan mereka. Sepanjang sejarah telah banyak kaum yang dihancurkan karena alasan serupa, dan tidak terbatas pada sedikit contoh yang kita saksikan di sini. Allah memberitakan kisah nyata ini dalam Al Qur’an, dan mengajak kita memikirkannya dengan sungguh-sungguh. Kewajiban kita adalah mengambil pelajaran dari kehancuran kaum-kaum ini dan menjadikannya sebagai peringatan. Sebuah ayat Al Qur’an menyatakan:

Adapun kaum ‘Aad maka mereka menyombongkan diri di muka bumi tanpa alasan yang benar dan berkata: “Siapakah yang lebih besar kekuatannya dari kami?” Dan apakah mereka itu tidak memperhatikan bahwa Allah yang menciptakan mereka adalah lebih besar kekuatan- Nya dari mereka? Dan adalah mereka mengingkari tanda-tanda (kekuatan) Kami. (QS. Fushshilat, 41:15)

Wahai saudaraku, mumpung masih ada waktu dan sebelum nafas samai ke tenggorokan kita, marilah bertaubat dan kembali kepada Allah SWT, Muhasabah diri dari sekarang, supaya berkah dan hidayah Allah terus mengalir kepada kita sebagai umat – Nya.


almy "sAng JiWa"

Teknik Kimia '04 Institut Teknologi Medan

No comments: